This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 17 April 2013

INSPIRING WOMEN



Ibu Ainun yang sering kita dengar namanya, beliau mempunyai nama lengkap Hasri Ainun Besari. Beliau merupakan istri dari tokoh penting di Indonesia yaitu bapak Habibie. Saya mengagumi beliau sejak menonton film yang mengisahkan perjalanan hidup beliau bersama bapak Habibie, film yang sangat laris di Indonesia yang berjudul “Habibie & Ainun”. Sejak saat itu saya sering membaca berbagai profil dan artikel tentang beliau, banyak artikel yang menuliskan tentang kebaikan beliau bahkan saya balum pernah membaca artikel yang negatif tentang beliau. Hal itu menjadikan saya semakin mengagumi sosok beliau, banyak pelajaran dari kisah hidup beliau yang menarik untuk saya jadikan panutan. Meskipun beliau telah tiada namun beiau tetap dikagumi oleh para pengagumnya.
Ibu Ainun adalah sosok wanita, istri dan ibu yang luar biasa. Kecerdasan emosional yang ibu Ainun punya membuat saya makin kagum, beliau dapat “memahami tanpa berkata” dan itu yang tidak semua wanita punya. Hati yang lembut, penyabar dan penyayang membuatnya semakin anggun dimata saya. Ada satu pelajaran lagi yang saya ambil dari Ibu Ainun yaitu “Senyum”. Semua hal baik berawal dari senyum. Senyuman dari hati untuk orang  yang kita sayangi akan memberikan efek positif untu diri sendiri dan penerima, senyum juga bisa menjadikan awet muda.
Saya mengagumi Ibu Ainun karena beliau adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa indah.

Selasa, 09 April 2013

function of microscope


A microscope allows a user to look at objects too small to be noticed by the unaided eye. It consists of several parts.
1.   Scope
o    The scope is what people use to look at the object. It acts as a magnifying glass to see the object itself.
Lens
o    The lens focuses the scope onto the object. Typically, the lens is interchangeable to allow more focused viewing.
Slide
o    The slide is the panel in which the object being observed sits on. The slide is typically made of glass.
Coarse Tuning Knob
o    The coarse tuning knob allows the user to move the scope up and down to help focus the item.
Fine Tuning Knob
o    Like the coarse tuning knob, the fine tuning knob moves the scope up and down but on a slower scale, allowing for near-perfect focus.
Lamp
o    The lamp allows the object to be easily seen by the scope

1.   Eyepiece Lenses

o    At the top of the microscope is the eyepiece lens. (Modern microscopes usually have two eyepiece lenses; some may have viewing screens rather than eyepieces.) In a microscope with eyepieces, the eyepiece lenses serve to produce part of the magnification. They are of a set power (often 10X, magnifying to ten times the actual size of the viewing object) and work in conjunction with the objective lenses.

Objective Lenses

o    At the microscope's midsection is what is called the nosepiece. It is a sort of turret that houses several objective lenses. The objective lenses are of differing magnifications and they work in conjunction with the eyepiece lens or lenses to produce the desired magnification. Turning the turret allows the user to select an objective lens to increase or decrease magnification.

Coarse Focus

o    The coarse focus control changes the distance from the subject being examined to the objective lens that's in use. This allows the user to bring the view into focus. Typically the coarse focus control moves the microscope's stage up or down to accomplish this.

Fine Focus

o    Once the material being viewed is brought into general focus with the coarse focus, the fine focus allows for minute adjustments. This function moves the stage in very slight increments to give the user very fine control over what is in focus. Often the material being examined is in a medium that, to the naked eye, might seem imperceptibly thin. But under magnification it may cover a considerable span. Although the medium may be in general focus, there may be objects of interest near the top of the medium, in the middle or near the bottom. Using the coarse focus control to adjust for this can be very frustrating since the coarse focus will often overshoot the adjustment one way or the other.

Stage

o    Under the objective lens nosepiece is the more or less flat surface of the mechanical stage. The stage is mechanical in the sense that the focus knobs, when operated, move it up and down to achieve the proper focus. Further, the stage on modern microscopes features mechanical controls that allow the user to move the viewing medium---typically house on a glass slide---left and right and forward and back. These controls are like the fine focus in that they permit subtle movements so that the user may center an object for viewing.

Light Source

o    Beneath the stage is a light source that---through a hole in the stage---illuminates the object being viewed. The light is focused into a cone by a device called the substage condenser. And the condenser itself has controls that allow for centering and focusing the light, permitting adjustment to achieve optimal lighting on the subject.

ACIDIMETRI


DASAR TEORI
Asidimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan asam sebagai larutan standar.
Alkalimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar.
Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metode-metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran.
Analisis anorganik kuantitatif yaitu proses analisis untuk menentukan atau mengidentifikasi banyaknya atau perbandingan banyaknya tiap-tiap penyusun yang terdapat dalam suatu zat atau senyawa.
Secara garis besar analisis kuantitatif dibagi menjadi :
1.      Analisis secara volumetri.
2.      Anallisis secara gravimetri.
Analisis secara volumetric adalah analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara kwantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya.
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, disebut larutan standar atau larutan lembaga, dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram ekivalen tertentu. Sedang banyaknya zat yang akan ditentukan dapat dihitung dari banyaknya volum larutan standar dengan hukum ekivalen kimia biasa.
Proses penambahan larutan standar kedalam larutan yang akan ditentukan normalitasnya sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi. Sedangkan larutan yang akan ditentukan normalitasnya disebut larutan yang dititrasi. Saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut saat titik ekivalen atau titik stokiometri biasanya titik akhir titrasi disebut juga titik akhir teoritis. Titik akhir titrasi ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna yang terdapat dalam larutan yang dititrasi. Perubahan warna dalam larutan ini akan jelas bila dalam proses titrasi ditmbahkan sedikmit indikator.
Dalam analisis secara volumetric, reaksi yang terjadi antara zat yang ditentukan dengan larutan standar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Reaksi harus sederhana sehingga mudah dituliskan dengan persamaan reaksi kimianya. Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara kuantitatif dengan larutan standar atau larutan pereaksi dalam perbandingan yang setara atau secara stokiometri.
2.      Reaksi harus terjadi dengan cepat, apabila perlu untuk mempercepat reaksi dapat ditambahkan suatu katalisator.
3.      Pada saat tercapainya titik setara atau ekivalen, di dalam larutan harus terjadi perubahan yang jelas, baik dalam sifat fisik maupun sifat kimianya.
4.      Indikator yang digunakan harus memberikan ketentuan yang jelas saat terjadinya titik akhir titrasi, misalnya perubahan warna atau terjadinya pembentukan endapan. Apabila ternyata tidak ada indikator yang mampu menunjukkan saat tercapainya titik ekivalen, amak proses ini dapat dikerjakan dengan  cara :
a.       Titrasi secara potensiometri.
b.      Titrasi secara konduktometri.
c.       Titrasi secara amperometri.
Reaksi dalam analisis volumetric terbagi menjadi :
1.      Reaksi-reaksi yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan valensi, sehingga hanya terjadi penggabungan ion-ion saja.
2.      Reaksi-reaksi yang mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau pepindahan elektron yaitu reaksi-reaksi oksidasi-reduksi.
Sehingga berdasarkan reaksi-reaksi diatas, proses titrsi terbagi menjadi :
1.      Titrasi netralisasi.
2.      Titrasi pengendapan dan pembentukan kompleks.
3.      Titrasi oksidasi-reduksi.
Proses titrasi asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses titrasi netralisasi. Asidimetri merupakan suatu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar asam. Dalam proses ini terjadi penggabungan ion H+ dengan ion OH- membentuk molekul air. Sedangkan alkalimetri adalah suatu proses titrsi larutan asam bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar biasa.
Dalam perhitungan selanjutnya, digunakan persamaan antara volume dan konsentrasi masing-masing zat yang dititrasi dengan penetrasinya dan berlaku rumus sebagai berikut :
V1 X    N1 =       V2 X    N2
V1 : Volume zat penetrasi/standar (mL).
N1 : Normalitas zat penetrasi/standar (gr ekivalen/L).
V2 : Volume zat yang dititrasi (mL).
N2 : Normalitas zat yang diititrasi (mL)
II. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.   Gelas arloji 
2.   Sendok sungu
3.   Neraca analitik
4.   Erlenmeyer
5.   Buret
6.    Gelas beker 
7.    Corong gelas
8.    Pipet volum
9.    Bulbpipet
10.  Statif
11.   Labu takar 
12.   Gelas ukur
13.   Pipet tetes
14.   Lemari asam
Bahan :
1.    Kristal NaOH 
2.    Kristal asam oksalat
3.    HCL pekat

4.     Aquades 
5.     Kristal Natrium Borat
6.     Indikator MO dan PP

III. LANGKAH KERJA
1.      Membuat larutan NaOH 0,1 N.
a.       Kristal NaOH ditimbang sebanyak 1 gram.
b.      Kristal NaOH tersebut dimasukan kedalam labu takar 250 mL, kemudian ditambahkan aquades sampai tepat 250 mL.
c.       Larutan NaOH disimpan dalam botol dan ditutup rapat.
1.      Penentuan normalitas larutan NaOH  0,1 N dengan asam oksalat.
a.       Kristal asam oksalat (H2C2O4.2H2O) ditimbang sebanyak 0,63 gram.
b.      Kristal asam oksalat tersebut dimasukan dalam labu takar 100 mL, kenmudian ditambahkan aquades sampai tanda batas.
c.       Larutan asam oksalat tersebut diambil 25 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator PP.
d.      Larutan dalam erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
e.       Titrasi diulangi 2-3 kali.
2.      Membuat larutan HCl 0,1 N.
a.       Larutan HCl 0,1 N akan dibuat sebanyak 100 mL dari HCl pekat.
b.      Larutan HCl pekat diambil sebanyak X mL (sesuai perhitungan)
c.       Larutan HCl tersebut dimasukan dalm labu takar 100 mL kemudian ditambahkan aquades.
d.      Larutan tersebut dikocok sampai homogen, kemudian ditanda bataskan dengan aquades.
3.      Penentuan normalitas HCl 0,1 N.
a.       Larutan natrium borat 0,1 N dibuat sebanyak 100 mL.
b.      Larutan HCl yang dibuat tadi, diambil 25 mL dan ditambahkan indikator MO 3 tetes.
c.       Larutan HCl tersebut dititrasi dengan larutan natrium borat yang dibuat.
d.      Titrasi diulangi 2-3 kali.
e.       Normalitas HCl tersebut ditentukan dengan perhitungan.
4.      Penentuan larutan sampel (H2SO4 0.1 N).
a.       Larutan sampel diambil beberapa mL.
b.      Larutan sampel ditambah dengan indikator yang sesuai sebanyak 2-3 tetes.
c.       Larutan sampel dititrasi dengan larutan standar.
d.      Titrasi diulangi 2-3 kali
e.       Normalitas larutan sampel ditentukan dengan perhitungan.
IV. DATA PERCOBAAN
1.      Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
BM NaOH                           : 40,0 gr/mol
Massa NaOH                       : 1,009 gr
Vol. NaOH                          : 250 mL
2.      Standarisasi normalitas larutan NaOH dengan asam oksalat (H2C2O4).
Massa oksalat                       : 0,635 gr
BM oksalat                          : 126,07 gr/mol
Vol. pengenceran                 : 100 mL
No.
Vol. oksalat
Indikator
Vol. NaOH
Perubahan warna
1.
25 mL
3 tetes PP
26,5 mL
Merah             tak berwarna
2.
25 mL
3 tetes PP
26,4 mL
Merah             tak berwarna
3.      Pembuatan larutan HCl 0,1 N.
Vol. HCl diambil                 : 0,830 mL
BM HCl pekat                     : 36,5 gr/mol
BD HCl pekat                      : 1,190 gr/ml
Prosen HCl pekat                 : 37 %
Vol. pengenceran                 : 100 mL
4.      Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2B4O7.10H2O.
Massa borat                          : 1,913 gr
BM borat                             : 381,37 gr/mol
Vol. pengenceran                 : 100 mL
No.
Vol. HCl
Vol. Na2B4O7
Indikator
Perubahan warna
1.
25 mL
18,5 mL
3 tetes MO
Merah             orange
2.
25 mL
18,4 mL
3 tetes MO
Merah             orange
5.      Penentuan larutan sampel.
No.
Vol. H2SO4
sampel
Indikator
Vol. NaOH
Perubahan warna
1.
25 mL
3 tetes PP
21,2 mL
Tak berwarna            merah
2.
25 mL
3 tetes PP
21,1 mL
Tak berwarna           merah
Ket : Larutan H2SO4 5M dibuat menjadi 0,1 N. Volume larutan H2SO4 5M yang diambil 1 mL dan ditanda bataskan sampai 100 mL.
I. PERHITUNGAN
a.      Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat.
Nas. oksalat =(m.oksalatxekivalen)/(BMxvol)
=(0,635 gr x 2)/(126,07 gr/molx 0,1 L)
= 0,1007 N
Vol. as. oksalat rata-rata = 25 mL
Vol. NaOH rata-rata        = 26,45 mL
NNaOH =  ( Vas. oksalat X  Nas. oksalat)/VNaOH
NNaOH =   (25 mL     X   0,1007 N)/26,45 mL
NNaOH = 0,0952 N
b.      Standarisasi larutan HCl dengan larutan borat.
Nborat =(m.boratxekivalen)/(BMxvol)
=(0,913 grx2)/(381,37gr/mol x 0,1 L)
= 0,1003 N
Vol. borat rata-rata   = 18,45 mL
Vol. HCl rata-rata      = 25 mL
NHCl =     (Vborat X     Nborat )/Vol HCl
NHCl =     (18,45 mL   X    0,1003 N)/25 mL
NHCl =     0,0740 N
e.       Penentuan normalitas larutan sampel (H2SO4).
Vol. NaOH rata-rata    = 21.15 mL
Vol. H2SO4 rata-rata    = 25 mL
NH2SO4 =   (VNaOH X   NNaOH )/V H2SO4
N H2SO4 =   (21,15 mL   X    0,1007 N)/25 mL
N H2SO4 = 0,0805 N
V. PEMBAHASAN
Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi asam-basa dan termasuk dalam titrasi netralisasi (penetralan). Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan menggunakan larutan standar asam. Sedangkan, titrasi alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas atau garam yang berasal dari asam lemah dengan menggunakan larutan standar basa.
Asidimetri dan alkalimetri yang dilakukan dalam percobaan ini melalui beberapa tahap. Untuk alkalimetri yaitu pembuatan larutan NaOH dan larutan asam oksalat, kemudian standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat. Larutan asam oksalat dipakai sebagai larutan standar karena memiliki kemurnian tinggi, tidak higroskopis dan memiliki berat ekivalen yang cukup besar, sehinngga tergolong sebagai larutan standar primer. Karena larutan NaOH termasuk basa kuat sedangkan larutan asam oksalat termasuk asam lemah, Maka, pH saat terjadi titik ekivalen bersifat basa. Oleh karena itu digunakan indikator fenolftalein, dengan trayek PH antara 8,3-10. Saat titrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH, warna larutan berubah dari merah menjadi tak berwarna. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa normalitas larutan NaOH sebelum distandarisasi yaitu 0,1009 N, namun setelah distandarisasi, normalitas larutan NaOH yaitu 0,0952 N.
Untuk titrasi asidimetri, tahap-tahap yang dilakukan yaitu pembuatan larutan HCl dan larutan borat, kemudian standarisasi larutan HCl dengan larutan borat. Larutan borat dipakai sebagai larutan standar karena memiliki beberapa keuntungan yaitu :
1.      Borat memiliki berat ekivalen yang tinggi ( 1 grek borat = 190,72).
2.      Borat mudah dimurnikan dengan jalan rekristalisasi.
3.      Tidak perlu memanaskan sampai berat tetap (konsatan).
4.      Secara praktis, borat tidak higroskopis.
5.      Titik akhir titrasi dapat terlihat jelas dengan indikator metil orange, karena indikator ini tidak dipengaruhi oleh asam borak (H3BO3) yang sangat lemah.
Pada standarisasi larutan HCl dengan larutan borat, karena larutan HCl termasuk asam kuat, sedangkan larutan borat adalah garam dari basa lemah. Maka, pH saat titik ekivalen terjadi bersifat asam. Oleh karena itu, indikatot yang dipakai adalah indikator metil orange (MO), dengan trayek pH antara 3,1 – 4,4. Saat titrasi larutan HCl dengan larutan borat, warna larutan berubah dari merah menjadi orange. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa normalitas larutan HCl setalah distandarisasi adalah 0,0740 N.
Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan normalitas larutan sampel yaitu larutan H2SO4. Untuk menentukan normalitas larutan H2SO4, maka larutan H2SO4 dititrasi dengan larutan NaOH standar, dengan indikator PP. Saat titrasi berlangsung, warna larutan berubah dari tak berwarna menjadi merah. Dari hasil perhitunggan diperoleh bahwa normalitas larutan sampel (H­2SO4) yaitu 0,0805 N. Dari seluruh perobaan yang dilakukan tersebut, dimungkinkan terjadi beberapa kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut mungkin lebih disebabkan karena ketidak-telitian waktu pembuatan larutan dan menentukan titik akhir titasi.
VI. KESIMPULAN
1.      Normalitas larutan NaOH setelah distandarisasi adalah 0,0952 N.
2.      Normalitas larutan HCl setelah distandarisasi adalah 0,0740 N.
3.      Normalitas larutan sampel (H2SO4) adalah 0,0805 N.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1.      Mudjiran.Diktat Analisis Kuantitatif Bagian Volumetri.Yogyakarta:STTN-BATAN.
2.      Siswantoro.dkk.2010.Petunjuk Praktikum Kimia Analisis.Yogyakarta:STTN-BATAN.